Melainkan
karena ridha Allah atas perjuangan panjang bangsa ini. Atas semangat
persaudaraan dan persatuan serta komitmen kebangsaan, segenap elemen bangsa
telah mufakat dan sepakat untuk hidup damai dan sejahtera di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selama enam puluh tujuh tahun menelusuri
lorong-lorong kemerdekaan bersama Orde Lama, Orde Baru, dan sekarang Orde
Reformasi, telah banyak pengalaman dan dinamika sejarah yang dilalui oleh
bangsa besar ini.
Berbagai
kendala telah diatasi dan berbagai kemajuan telah pula dinikmati. Meski
berbagai dinamika politik telah terjadi, namun seluruh anak bangsa tetap
bersatu visi dan misi, aman tentram dalam bingkai NKRI. Meski harus disadari
bahwa belakangan ini terasa adanya suatu fenomena yang mengundang komentar
galau dari para tokoh bangsa, seakan persatuan dan kesatuan bangsa saat ini
tengah menghadapi krisis rasa persaudaraan dan rasa senasib sepanggungan, dan
kian lunturnya semangat kebangsaan.
Kebijakan
otonomi beriring desentralisasi dan demokratisasi yang bertujuan memajukan dan
pemerataan pembangungan, justru terkesan berbuah egoisme lokal yang cenderung
mengabaikan semangat dan kepentingan nasional. Ketika kita berazam menghayati
pesan dan berkah ramadan, maka yang pertama disadari dalam pikiran adalah pesan
dan berkah persaudaraan yang melahirkan rasa senasib sepenanggungan dalam
kesadaran kebangsaan.
Ramadan
telah menyadarkan umat manusia, muslimin dan muslimat khususnya, akan
pentingnya persaudaraan dan persatuan, dan perlunya keniscayaan interaksi
sosial kebangsaaan yang bermoral. Betapa, misalnya, sebuah fenomena yang luar
biasa dan menakjubkan, bahwa bersama ramadhan muslimin dan muslimat hidup penuh
keakraban, mereka sangat antusias selalu bersilaturrahim dalam majlis berjamaah
dan bermuwajahah di setiap kesempatan beribadah.
Sementara
itu, semaraknya kepedulian dan kesalehan sosial antar sesama menjadikan si kaya
dan si miskin dalam satu rasa, saling peduli meringankan beban ekonomi sesama
saudara sebangsa. Islam, di samping menekankan ukhuwwah Islamiah, juga sangat
menjunjung tinggi ukhuwwah wathaniah atau persaudaraan dan persatuan
kebangsaan.
Alquran,
antara lain, menegaskan: ”Dan bersatu teguhlah kamu dengan ikatan agama Allah
dan jangan bercerai berai. Ingatlah selalu akan nikmat Allah ketika kamu dahulu
saling bermusuhan, lalu Allah persebatikan hati kamu dan karena nikmatNya
jadilah kamu orang-orang yang bersaudara (Q.S 3:103).
Di dalam
ayat lain Allah berfirman: ” Dan taatlah kamu sekalian kepada Allah dan
rasulNya, janganlah kamu suka berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gagal
dan kehilangan kekuatan. Dan hendaklah kamu selalu besabar, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar (Q.S.8: 46) Kiranya dari dua ayat Alquran ini
sudah jelas memberikan pencerahan dan kesadaran bagi kita sekalian, bahwa
karena persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat merdeka, dan karena itu
pula bangsa ini tetap berdaulat dan kuat di sepanjang masa.
Adalah
pekikan kalimat perjuangan yang selamanya menjadi pegangan kebangsaan, bahwa
bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, al-ittihadu quwwatun wa al-tafarruqu
dha`fun. Maka sempena momentum ramadan 1433 H penuh berkah ini, mari kita
tingkatkan kesadaran persaudaraan dan perkokoh persatuan serta kobarkan
semangat kebangsaan, demi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan
bermarwah dalam ridha Allah, yang cemerlang, gemilang, dan terbilang di
tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa yang berbilang-bilang.
Jadilah
negara Indonesia yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Rasa parsaudaraan dan semangat kebangsaan yang tumbuh berakar bersama berkah
ramadhan tahun ini, segera akan kita pupuk dan perkokoh kembali bersama
momentum PON XVIII di bumi Lancang Kuning Provinsi Riau pada bulan September
2012 nanti.
Pekan
Olahraga Nasional (PON) tidak sekedar momentum dan perhelatan olahraga untuk
menang meraih prestasi dan merebut ratusan medali semata, namun yang lebih
substatif lagi adalah media pemersatu bangsa atas dasar kebangsaan, patriotisme
dan nasionalisme Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Bersama
sportivitas PON XVIII, bangsa ini tidak akan menonjolkan perbedaan agama, suku,
bahasa, dan berbagai aspek budaya lainnya; melainkan hanya untuk menunjukkan
satu kebanggaan, yakni kebanggaan dalam satu kebangsaan dan keindonesiaan.
Cita-cita
meraih prestasi merebut medali dalam perhelatan PON XVIII nanti adalah pasti
adanya, tetapi tekad memperkokoh persatuan kebangsaan demi keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah kewajiban kita sebagai bangsa. Hanya ada
satu pesan dan kepentingan politik yang tersirat pada PON XVIII di Provinsi
Riau nanti, yakni keutuhan dan kedaulatan NKRI.
Maka doa
kita semua di sepanjang bulan ramadan penuh keberkahan, semoga perhelatan PON
XVIII 2012 di bumi Lancang Kuning Provinsi Riau tidak tertunda oleh suatu
kendala dan halangan, dan dapat terlaksana dengan sukses sesuai jadwal yang
telah ditetapkan, dalam suasana aman dan nyaman penuh keakraban atas dasar rasa
persaudaraan dan semangat kebangsaan.
Kalau dulu bangsa ini telah bersebati, berjibaku
berjuang sehidup semati, dan berhasil merebut kemerdekaan bumi pertiwi, maka
adalah musibah yang sangat memilukan kalau setelah sekian lama merdeka justru
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa menjadi korban akibat ego kepentingan
kelompok dan golongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar